TERIAKAN seorang anak itu tidak juga menghentikan gerakan tangan sang ayah untuk berhenti memukuli tubuh ringkihnya. Barulah setelah tubuh itu diam tak bergerak, kesadaran si ayah langsung pulih. Apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, nyawa pun melayang sia-sia.
Itu bukan cerita rekaan, tapi benar terjadi pada Disember 1984 di Indonesia. Kes penganiayaan terhadap Arie Hanggara yang dilakukan ayahnya, menjadi cerita memilukan. Bahkan sempat diangkat ke layar perak.
Arie menjadi korban kekerasan ayahnya yang menyebabkan nyawanya melayang. Ternyata Arie bukan anak terakhir yang mengalami nasib memilukan ini. Penyiksaan anak (child abuse) malah terjadi sepanjang tahun. Bahkan UNICEF pada 2003 melaporkan sebanyak 3500 anak berusia kurang dari 15 tahun mati setiap tahun akibat perlakukan kejam.
Pengalaman saya sewaktu kecil, jika abang/ayah atau mak memukuli saya, saya akan membalasnya kepada adik. Begitu juga bila sudah menjadi ibu, apabila saya memukul si abang atas kesalahan yang dilakukankannya dia juga akan mengertak adik seperti yang dilakukan oleh saya. Contoh: tadah tangan dan memukul dengan pembaris.
Jarang ibubapa mempunyai alasan memukul anak kerana mendidik atau mengajar, kebanyakan ibubapa memukul anak kerana tekanan atau mempunyai masalah yang lain. Maka si anak menjadi tempat melepaskan tekanan dan kemarahan (hanya melalui pembacaan sahaja dan belum dibuat kajian oleh saya). Di dalam Islam, tidak boleh memukul anak sehingga menyakitkan atau menyakiti kawasan muka mereka.
Kajian yang dilakukan UNICEF di beberapa negara itu juga menunjukkan tahap kekerasan yang berakhir dengan kematian terjadi di negara-negara kawasan Amerika, Eropah, Pasifik, seperti di AS, Mexico, Portugal, Belgium, Perancis, dan Hungary
Dari hasil kajian UNICEF, ada dua faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak. Pertama, stres dan kemiskinan. Kemudian rumah tangga yang kerap diwarnai kekerasan antara suami dan istri.
Bentuk kekerasan yang tidak tepat boleh mempengaruhi sikap buruk pada anak dalam jangka panjang. Cacian si ayah dan ibu seperti “dasar anak sial” atau “dasar anak nakal” akan terekam kuat dalam diri si anak.
Anak yang sering dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk (coping mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan kembali), penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri.
“Marah merupakan hal yang normal, tapi kemarahan yang tidak tepat bisa memengaruhi kondisi psikis dan fisik anak,” . Tindakan seperti mencubit atau memukul seharusnya dihindari, kerana sama sekali tidak perlu. “Asalkan menguasai teknik-teknik mendisiplinkan anak, 50% kenakalan anak akan teratasi,” .
Mendisiplinkan anak kecil harus secara konkret, seperti menunjukkan wajah marah. Pada usia ini mereka cenderung meniru. Hal ini sesuai dengan perkembangan kognitif anak. Sedangkan pada anak usia remaja/dewasa disarankan menggunakan metod broken record (piring hitam rusak). “Ibarat piringan hitam rusak, ucapkan apa yang diinginkan orang tua berulang-ulang,”
Marah yang bertujuan untuk mendidik dan memperbaiki kesalahan-kesalahan agar perbuatan serupa tidak terulang lagi. Kemarahan yang diekspresikan secara tidak tepat, akan memengaruhi kemampuan orang tua dalam menerapkan disiplin dan memengaruhi hubungan orang tua dengan anak.
Marah yang diikuti pemukulan menimbulkan luka batin, benci terhadap orang tua, rendah diri, antisosial, dan suka berkelahi. “Anak-anak suka meniru, kalau dipukul akan balas memukul. Selain itu memukul tidak mengubah perilaku,”.
Kekesalan orang tua boleh memberi kesan kepada anak. Maka dari itu, orang tua harus menyelesaikan masalahnya lebih dulu. Ibubapa boleh mengikuti terapi untuk mengatasi kemarahan di masa lalu.
Selanjutnya mengenalpasti masalah masalah di masa lalu. “Anak yang ibunya sering sekali marah akan sulit untuk disiplin,”.
Selanjutnya mengenalpasti masalah masalah di masa lalu. “Anak yang ibunya sering sekali marah akan sulit untuk disiplin,”.
Anak yang rapat dengan orang tuanya akan jarang marah. Bila hubungan itu harmonis dan akrab, orang tua lebih mengenal karakter anak sehingga dapat menghindari keadaan yang menyebabkan keretakan dalam hubungan ibubapa dan anak-anak. Ahli psikologi menyarankan agar ibubapa yang ingin maemarahi dan memukuli anaknya harus menarik nafas panjang setiap kali hendak marah.
Agar hubungan orang tua-anak harmonis tingkatkan pendekatan dengan melakukan aktiviti bersama. Kemudian memberi contoh/sikap yang baik boleh meningkatkan rasa percaya diri. Meluangkan waktu untuk bermain bersama, dan memberikan tanggung jawab, membuat anak merasa istimewa. “Ajak anak menyiram tanaman biarkan anak memegang paip air contohnya adalah salah satu aktiviti bersama anak.
Selain hal yang diungkapkan di atas, ibubapa boleh menjalin komunikasi nonverbal. Yakni melakukan kontak mata saat berbicara, sikap tubuh sejajar saat berbicara (sambil duduk atau jongkok), rendahkan nada suara, berikan pelukan dan sentuhan lembut pada kepala sebagai tanda berbaik dengan anak setelah dimarahi.