Pagi ini aku bercerita tentang satu kisah tentang beban kerja ku yang bertambah di rumah dan di tempat kerja. Dalam perjalanan menghantar anak kami, syirazi ke sekolah, suamiku menceritakan kisah yang pernah dibacanya kepada ku.
Ceritanya...
Seorang wanita yang baru sahaja berkahwin. Setelah beberapa ketika dia bertemu ibunya dan mengeluh tentang sikap suaminya; kasar, berat tulang, boros dan lain-lain. Si isteri berharap ibunya turut menasihati tingkah laku sang suami. Namun ibu tua itu tetap diam sambil berlalu ke dapur. Sambil terus mendengar omelan puterinya, sang ibu memanaskan secerek air.
Beberapa ketika, air mula mendidih. Sang ibu menuangkan air panas itu ke dalam tiga gelas. Setiap satu gelas berisi telur, lobak dan kopi. Seketika menunggu, si ibu mengangkat isi gelas-gelas tadi. Lobak yang keras menjadi lembut, telur yang mudah pecah menjadi keras dan kopi memancar aroma harum.
Si ibu lalu menjelaskan, “Puteriku, masalah itu bagaikan air mendidih. Namun bagaimana sikap kita itulah yang menentukan kesannya. Kita boleh lembut seperti lobak, keras seperti telur atau
wangi seperti kopi.”
“Dalam setiap masalah sebenarnya tersimpan mutiara berharga. Memang mudah untuk bersyukur dalam keadaan biasa. Tapi apakah kita mampu untuk tetap yakin dan beriman ketika pertolongan Tuhan tidak kunjung tiba?”
“Hari ini kita belajar tiga reaksi orang ketika masalah datang. Ada yang lembik, mengeluh dan bermurung. Ada yang mengeras marah bahkan memprotes Tuhan. Ada juga yang sebaliknya semakin harum, taat dan tunduk menyerah penuh percaya kepadaNya.”
“Puteriku, ada kalanya Tuhan sengaja menunda pertolonganNya agar kita belajar untuk percaya bahawa tidak pernah ada masalah yang tidak Dia selesaikan.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan